reaksi saponifikasi

Etnokimia

Masyarakat Baduy, terutama Baduy Dalam yang hidup secara alami tanpa bahan kimia modern, menggunakan daun-daunan tertentu seperti daun kipait (Allaeanthus luzoniensis), daun waru, atau daun randu sebagai pengganti sabun untuk mandi dan mencuci. Mereka meremas daun tersebut hingga mengeluarkan busa alami, lalu menggunakannya sebagai pembersih.

Daun yang digunakan mengandung saponin, yaitu glikosida triterpenoid atau steroid yang bersifat amfipatik. Saponin bisa menurunkan tegangan permukaan air, membentuk busa, dan melarutkan lemak yang merupakan fungsi utama dari surfaktan dalam sabun. Berbeda dari sabun modern yang dibuat melalui reaksi saponifikasi (reaksi basa + minyak), sabun daun mengandalkan senyawa alami yang telah terbentuk di dalam tanaman. Daun sebagai sabun tidak mencemari lingkungan, mudah terurai (biodegradable), dan tidak menghasilkan limbah kimia seperti sabun sintetis. 

Funfact

Kata "saponifikasi" berasal dari bahasa Latin "sapo" yang berarti sabun. Orang Romawi kuno menemukan sabun secara tidak sengaja saat abu kayu (basa) bercampur dengan lemak hewan di sekitar perapian dan membentuk zat yang bisa membersihkan!